Tubuh dan Konstruksi Sosial

 


Dalam buku Gender in World Perspective, Raewyn Connell menjelaskan bahwa gender adalah sebuah konstruksi sosial. Gender bukanlah sesuatu yang alami muncul dari dalam diri manusia, namun juga bukan sesuatu yang muncul karena desakan dari luar. Gender terbentuk karena relasi subjek/pelaku dengan kehidupan sosialnya. Disebutkan pula bahwa gender bukanlah suatu keadaan yang mutlak, namun dinamis. Menjadi laki-laki atau perempuan  (atau selain itu) merupakan proses yang terus berjalan dalam kehidupan manusia.  

Di satu sisi, tubuh itu seperti kanvas yang terisi goresan warna dari konstruksi sosial. Contohnya adalah muncunya istilah “bom sex” dalam dunia industri hiburan. Bom sex adalah sosok wanita yang dianggap mewakili citra tubuh yang ideal yang kemudian dianggap sebagai sebuah kesempurnaan tubuh perempuan. Sebut saja hadirnya Marlyn Monroe, Maddona, Britney Spears, Lady Gaga dalam dunia hiburan yang menampikan kesempurnaan tubuh perempuan. Di sinilah tubuh menjadi objek konstruksi sosial. Tubuh hadir sebagai komuditas dagang yang bisa dibentuk oleh selera pasar.

Namun di sisi lain, tubuh itu adalah agen bagi dirinya sendiri. Tubuh adalah subjek yang tidak dapat dinegosiasikan. Ketika wanita hamil, melahirkan, menyusui, dan kembali hamil, adalah momen di mana tubuh merupakan agen yang tidak dapat dipengaruhi lagi oleh kontruksi sosial. Seseksi apa seseorang,  ketika usia telah menua, keriput dan hadirnya lemak tidak dapat dihindari. Saat inilah tubuh menunjukkan kuasanya. Ketika memasuki situasi seperti ini, pergumulan diri tentang siapa itu perempuan kembali muncul.  

Di atas telah disebutkan bahwa gender itu dinamis. Konstuksi sosial adalah pengubah dari luar, sedangkan tubuh sebagai agen adalah pengubah dari dalam. Jadi apakah gender kita sekarang? Yakin???


(ringkasan kuliah Kajian Gender oleh Dr. Katrin Bandel, yang dipresentasikan oleh Heronimus Heron)

Comments

Popular Posts