Tubuh dan Agama (Catatan Kajian Religi 5)






Agama membutuhkan tubuh manusia untuk bisa “hidup” dan “bergerak”. Kenapa harus tercipta gambar Yesus, Buddha, Shiwa, Wishnu, Ganesha, Kwan Im di dalam “tubuh” yang terbatas? Karena dari sinilah agama bisa dikenal. Ketika Tuhan dihadirkan melalui gambar manusia, agama mencoba menawarkan sisi humanisnya. Tuhan bukan transenden, tapi hadir sama seperti manusia : berkaki, bertangan, berpakaian... Bahkan ketika ekaristi, tubuh Kristus menjadi roti dan darah Kristus menjadi anggur. Manusia memakan tubuh dan meminum darah Kristus! Dari tubuh kembali ke tubuh.


Lihatlah posisi kita berdoa. Kenapa harus ada 𝘨𝘦𝘴𝘡𝘢𝘳𝘦 tangan dilipat bagi Kristen, tangan menengadah bagi Islam, tangan “menyembah” bagi Hindu? Dari 𝘨𝘦𝘴𝘡𝘢𝘳𝘦 yang sederhana inilah tanpa sadar kita telah “mempersembahkan” tubuh kita untuk Tuhan. Hingga gerakan-gerakan yang lebih rumit, seperti membentuk tanda salib, sholat, semedi, hingga melempar kerikil, agama bukan hanya membutuhkan “tubuh” tetapi juga menggerakkan “tubuh”.


Di dalam Islam, Tuhan dan nabi dihormati sedemikian rupa dengan kesempurnaan-Nya, sehingga memang tidak dibatasi dengan gambaran tubuh manusiawi. Penghayatan ketubuhan dalam ajaran Islam justru muncul dalam badan manusia sendiri. Dalam buku 𝘚𝘢𝘧π˜ͺ𝘴 & 𝘚𝘒π˜ͺ𝘯𝘡’𝘴 π˜‰π˜°π˜₯π˜ͺ𝘦𝘴, Scott Kugle memaparkan pemahaman kaum sufisme mengenai tubuh manusia yang begitu dalam. Tubuh manusia terbagi menjadi empat “lapisan”: 𝘫𝘒𝘴𝘒π˜₯, 𝘫𝘒𝘴𝘒π˜₯π˜ͺ, 𝘫𝘒𝘴𝘒π˜₯𝘒𝘯π˜ͺ, π˜₯𝘒𝘯 𝘫𝘒𝘴𝘒π˜₯𝘒𝘯π˜ͺ𝘺𝘺𝘒; di mana masing-masing memiliki peran dan kesadaran yang tidak sama. Demikian pula bagaimana memperlakukan tubuh pun terbagi menjadi empat : menolak tubuh, menuju tubuh, bersama tubuh, dan menyatu dengan tubuh. Keempat aksi inilah yang dilakukan manusia setiap hari, dari berpikir, berbicara, bekerja, hingga beristirahat. Karena itulah banyak ajaran kebertubuhan dalam Islam seperti sholat, dzikir, menyucikan tubuh sebelum sembahyang, puasa (berdamai dengan tubuh), hingga menyucikan tubuh yang sudah meninggal. Menjaga kesucian dan kebersihan tubuh adalah bagian dari iman.


Manusia tercipta dari materi, di mana kulit adalah pembatasnya. Kulit bukan hanya pelindung tubuh tapi pembatas antara apa yang terungkap dengan apa yang tersembunyi. Apa yang terungkap adalah saat kita bersinggungan dengan dunia luar dan apa yang tersembunyi saat kita bersinggungan dengan dunia dalam. Proses menyadari dan menyeimbangkan apa yang terungkap dengan apa yang tersembunyi, itulah agama. Oleh karenanya tubuh manusia adalah bagian yang penting terhadap penghayatan akan hadirnya Sang Pencipta.



(π˜“π˜Άπ˜¬π˜ͺ𝘴𝘒𝘯 𝘬𝘒𝘳𝘺𝘒 π˜”π˜ͺ𝘀𝘩𝘒𝘦𝘭 𝘝π˜ͺ𝘭𝘭𝘒𝘨𝘒𝘯𝘡𝘦, "π˜”π˜Ίπ˜΅π˜°π˜­π˜°π˜¨π˜Ί")

Comments

Popular Posts