Meramu kembali Hindu (catatan kajian religi 1)




Dunia Timur adalah mistis dan militan. Itulah yang diungkapkan oleh Richard King dalam bukunya Orientalism and Religion. Sebagai peneliti dari Inggris, ia mencoba untuk mengurai kembali agama Hindu paskakolonial, agama daerah bekas jajahan bangsanya sendiri. Di balik kemistisan dan militansi Hindu, ternyata ada sesuatu yang dipaksakan ada, yaitu tatanan. Mistis itu abstrak, misteri yang tak dapat dijelaskan. Sedangkan militan itu liar, gila, tanpa tatanan. Tapi penjajahan telah menaklukkan semuanya. Apa yang tadinya mistis ditaklukkan dengan keteraturan logika. Apa yang tadinya liar dijinakkan dengan kemapanan dogma. Semuanya dirusak oleh koloni.


Istilah Hindu sendiri sebenarnya berasal dari istilah “hindoo”, bahasa Persia yang merujuk pada sindhu (sanskerta) yang berarti sungai di India. Sama sekali tidak ada unsur religinya. Hindu adalah nama yang merujuk kepada asal geografis, sama seperti orang Solo atau orang Papua. Penggunaan sebutan “hindu” berkembang sebagai pembeda dari agama Kristen dan Islam, ketika mucul penjajah Inggris beragama Kristen dan pendatang beragama Islam. Menyebut diri “Hindu”, sebenarnya berarti bukan Kristen dan bukan Islam. Dari sinilah kemudian Hindu mulai mengalami pergeseran makna yang tadinya mengungkapkan identitas batasan wilayah; menjadi identitas diri seolah bukan agama Kristen dan Islam. Kalau bukan agama Kristen dan bukan agama Islam, lalu agama apa? Nah, inilah awal mula “diciptakan” agama yang bernama “Hindu” secara paksa.


Penjajah Inggris dengan cerdik mengangkat Hindu sebagai agama di tengah-tengah dunia untuk melegitimasi kekuasaannya. Seolah-olah Inggris telah menaklukkan para dewa India. Dengan menguasai agama buatan inilah, Inggris semakin kuat menguasai institusi-institusi politik, pendidikan, dan media di India.


Dalam rangka membentuk Hindu sebagai agama, penjajah Inggris pun memunculkan adanya teks-teks suci sebagai Kitab Suci agama Hindu, sama seperti Yahudi dengan Toretnya, Kristen dengan Alkitabnya, dan Islam dengan Qurannya. Upaya tekstualisasi ini memunculkan alur pikir logika yang jelas. Siapa yang disembah, bagaimana cara menyembah, bagaimana mitos asal muasal ini dan itu... Yang tadinya mistis, menjadi logis. Demikianlah upaya-upaya kolonial Inggris untuk menjinakkan yang mistis dan militan, menjadi logis dan mapan. Tradisi Hindu dipaksa menjadi agama Hindu.


Kehidupan India paska kolonial, tidak berarti mengembalikan Hindu sebagai tradisi dan menghapus agama Hindu dari muka bumi. Biarlah Hindu menjadi bagian dari kebersamaan agama lainnya. Mistis dan militansinyalah yang perlu untuk dipulihkan. Bayang-bayang kolonial yang menimbulkan keteraturan dan keseragaman harus dikikis. Logika dan dogma yang menjadikan kekakuan haruslah dilepas agar Hindu menjadi agama yang merdeka. Tidak perlu menyejajarkan dengan Kristen ataupun Islam. Tidak perlu memiliki faham surga ataupun neraka yang dipaksakan. Tidak perlu memiliki konsep penciptaan yang didogmakan. Tidak perlu ini dan itu yang membelenggu. Setiap agama memiliki kebebasan dan nilainya sendiri. Biarlah Hindu dan setiap agama kembali ke hutan yang liar, kembali menemukan kesakralannya, kembali menemukan misterinya, kembali bermesra dengan kebebasan.


Ilustrasi diambil dari :

Comments

Popular Posts